Town House, Alternatif Hidup Nyaman di Tengah Kota

MAHALNYA harga tanah di kota besar seperti Jakarta akan berdampak pada tingginya harga rumah. Meski mahal, hunian dengan konsep town house terus bermunculan.

Bagi sebagian masyarakat yang tetap berkeinginan memiliki hunian eksklusif dan terbatas di kota besar seperti Jakarta, sejumlah pengembang tetap menawarkan tempat hunian, tentunya dengan harga relatif mahal.

Ketua Umum Asosiasi Broker Indonesia (Arebi) Tirta Setiawan mengatakan, rumah bandar atau yang biasa disebut town house merupakan alternatif tempat hunian bagi kalangan berduit. Harga town house rata-rata lebih dari Rp1 miliar.

"Lahan yang disediakan tidak terlalu luas. Pengembang town house hanya memaksimalkan bangunan," tuturnya. Pasar yang terbatas membuat pembangunan proyek town house tidak terlalu marak di Jakarta.

Kecenderungannya, pembangunan town house tidak terlalu semarak bila dibandingkan dengan pembangunan apartemen ataupun apartemen bersubsidi (rusun). Indikasinya terlihat dari minimnya pemasangan iklan town house di media masa. Selain harga yang ditawarkan terlalu mahal, sebagian masyarakat melihat nilai yang ditawarkan town house tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan pengembang.

Karena itu, masyarakat "berduit" masih lebih suka membeli apartemen atau apartemen bersubsidi dari pada membeli town house. Menurut Tirta, pembangunan town house cukup marak di daerah Jakarta Selatan. Hal ini disebabkan wilayah Jakarta Selatan cukup strategis bila dibandingkan wilayah lain. Kemungkinan lainnya harga tanah di wilayah Jakarta Selatan tidak semahal wilayah lainnya.

Pengembang tidak mungkin membangun town house di pinggir kota. Sebab, konsumen pasti akan membeli tempat hunian yang lebih murah dan tanah yang lebih luas. "Di pinggir Jakarta banyak rumah yang ditawarkan dengan lebih murah dan tanah lebih luas," jelasnya.

Namun, Tirta mengaku penjualan town house ke depan masih sangat prospektif dan menjadi alternatif tempat hunian. Hal itu terlihat dari besarnya minat masyarakat yang ingin kembali tinggal ke kota. Tentunya itu merupakan peluang bagi pengembang untuk membangun town house.

Pengamat properti dari Prolease Property Consultant Suwito Santoso mengatakan, town house banyak diminati karena penghuni merasa lebih aman dan nyaman tinggal di kawasan hunian tersebut. "Konsep satu pintu, penjaga keamanan, dan keberadaan CCTV membuat penghuni merasa aman tinggal di town house," sebutnya.

Konsep town house di Indonesia ternyata belum mengadopsi konsep town house di Amerika Serikat (AS). Di negara asalnya itu, penghuni town house memiliki parkir mobil di bawah tempat hunian. Pada lantai pertama dipergunakan untuk tempat berkumpul bersama keluarga, sedangkan lantai dua untuk privasi keluarga.

Penghuni juga tidak perlu rebutan mempergunakan fasilitas town house. Sebab, penghuni town house tidak terlalu banyak, sehingga untuk mempergunakan fasilitas tidak perlu mengantre. Kawasan hunian town house juga tertata lebih rapi sehingga membuat penghuni menjadi lebih nyaman.

Suwito juga mengakui, Jakarta Selatan merupakan tempat yang banyak dibangun town house. Penyebabnya, kawasan Jakarta Selatan sudah menjadi daerah yang mempunyai nilai jual tinggi. Bahkan, sebagian kalangan menilai tinggal di Jakarta Selatan memiliki prestise yang lebih dibandingkan kawasan lain. Jadi tidak salah jika sejak beberapa tahun terakhir town house bermunculan di Jakarta Selatan.

Sejumlah pengembang sudah ada yang mencoba membangun town house di wilayah lain. Namun, karena terkait dengan gaya hidup, tampaknya belum direspons calon konsumen. "Masyarakat masih enggan mengeluarkan uang miliaran rupiah untuk membeli town house di luar Jakarta Selatan," ucapnya.

Dia menjelaskan, saat ini banyak tempat hunian mengklaim sebagai town house.Padahal, town house mempunyai identitas sendiri, di antaranya keterbatasan jumlah hunian yang dibangun. Selain itu, town house tidak hanya memiliki satu lantai, tapi dua dan bahkan tiga lantai. Hal itu untuk menutupi minimnya lahan yang tersedia.

Karena pasarnya terbatas, pengembang kemudian berupaya meningkatkan nilai jual town house. Biasanya hal itu dilakukan melalui gaya arsitektur yang unik dan fasilitas yang disediakan. Pengembang merasa perlu melakukan itu agar town house yang dipasarkan dapat segera terserap pasar.

Meski bisnis town house cukup menjanjikan, tidak semua pengembang mau membangun town house. Sebab, untuk membangun town house tidak bisa dilakukan secara bertahap karena akan mengganggu aktivitas penghuni lain. Padahal, biasanya setelah laku terjual, pengembang besar atau menengah baru membangun unit hunian.
(sindo//tty)

0 komentar: