Kawasan Hunian Islami Bidik Keluarga Muslim

MENGGARAP kawasan hunian dengan konsep spesifik merupakan salah satu cara untuk menarik minat masyarakat. Salah satu konsep spesifik yang sekarang sedang dikembangkan adalah hunian berkonsep islami.

Fenomena penggunaan label muslim untuk properti sudah ada sejak 1995. Ditandai dengan munculnya Griya Islami di wilayah Kresek, Balaraja, Tangerang, dan Telaga Sakinah (1996) di Bekasi atau Villa Ilhami di Karawaci, Tangerang. Griya Islami, setelah diambil alih PT Ibsul Hold Sdn Bhd, kini berganti baju dengan nama Griya Citra Permai.

Namun, kawasan hunian dengan konsep seperti itu cenderung kurang dilirik pengembang besar. Sebab, rumah dengan konsep islami dianggap hanya memiliki segmentasi tertentu. Pengembang besar lebih suka membangun kawasan hunian dengan konsep yang bisa diterima secara universal.

Menurut Senior Manager Research PT Jones Lang Lasalle Anton Sitorus, kawasan hunian yang mempergunakan konsep islami memiliki peluang untuk terus berkembang. Hanya, dia mengakui, diperlukan waktu cukup lama untuk bisa mewujudkan itu.
Mengingat pada saat ini masyarakat masih melihat hal lain sebagai prioritas dalam membeli rumah di sebuah kawasan hunian, di antaranya keasrian kawasan hunian.

Dia menilai, kawasan hunian dengan konsep islami tetap akan memiliki prospek yang baik. Apalagi pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam. Karena itulah, tidak salah kalau sebagian kalangan ada yang menyebutkan rumah konsep islami memiliki pasar potensial.

Walaupun sudah mulai ada pada 1995, sebenarnya kawasan hunian dengan konsep islami mulai marak sejak awal 2000-an. Saat itu sebuah kawasan hunian di Bogor membangun sebuah kluster dengan konsep islami. Ternyata kluster tersebut mendapatkan respons positif dari masyarakat. Setelah itu sejumlah pengembang mulai membangun kawasan hunian dengan konsep serupa.

Dia mengatakan, strategi marketing merupakan salah satu alasan pengembang dalam membangun kawasan hunian seperti itu. Dengan membangun konsep yang berbeda, pengembang berharap kawasan hunian yang dikembangkannya bisa laku terjual. "Pengembang melihat prospek pasar yang besar," tuturnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya secara pribadi, unit hunian yang dibangun pengembang dengan konsep islami di Jabodetabek sangat beragam. Mulai rumah sederhana hingga menengah atas. Harga yang ditawarkan relatif tidak jauh berbeda dengan kawasan hunian lain. Ini karena memang rumah di kawasan hunian berkonsep islami cenderung sama dengan rumah di kawasan hunian lain.

Kendati begitu, dia menyebutkan, diferensiasi yang dibangun pengembang tidak akan berhasil kalau tidak dibarengi dengan ketersediaan fasilitas dan akses dari/dan menuju kawasan hunian. Selain itu, keasrian kawasan hunian juga merupakan hal pokok bagi pengembang yang membangun sebuah kawasan hunian.

Untuk sementara, baru pengembang menengah saja yang membangun kawasan hunian dengan konsep seperti itu. Pengembang besar seperti Ciputra, Lippo ataupun Sinarmas lebih menyukai membangun kawasan hunian dengan konsep universal. Salah satu tujuannya adalah agar kawasan hunian tersebut bisa dimiliki siapa pun. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Tirta Setiawan menambahkan, pengembang yang membangun kawasan dengan gaya islami merupakan hal yang sah dilakukan. Mengingat, sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan muslim.

Keberadaan kawasan hunian dengan konsep seperti itu tentu bisa menjadi alternatif bagi masyarakat dalam memilih kawasan hunian. Umat muslim pun tentunya akan sangat senang bila semakin banyak pengembang yang dengan kesadaran sendiri membangun rumah dengan konsep seperti itu. Apalagi pada kenyataannya kawasan hunian seperti itu cenderung mengajak halhal yang baik kepada penghuninya dengan melakukan berbagai hal yang bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Jadi tidak ada alasan bagi umat muslim untuk tidak tinggal di kawasan hunian seperti itu.

Bahkan, Tirta meyakini tidak semua kawasan hunian seperti itu diperuntukkan bagi masyarakat muslim. Ini karena ada juga masyarakat non-muslim yang menyukai tinggal di kawasan seperti itu. Mungkin karena tinggal di kawasan dengan konsep seperti itu dianggap lebih aman dan nyaman.

Pasarrumah dengan konsep islami, tentu memiliki pasar yang relatif loyal dibandingkan kawasan hunian lain. Selain itu, sebagian kalangan ada yang lebih menyukai tinggal di kawasan hunian yang penghuninya cenderung homogen. "Saya menemukan satu apartemen di Jakarta yang sengaja dikondisikan agar penghuninya tetap homogen," sebutnya.

Sebagian pengembang yang membangun kawasan hunian seperti itu biasanya memiliki lahan yang cukup luas. Itu karena harus mengakomodasi sejumlah sarana peribadatan. Mulai masjid hingga pesantren. Hal itulah yang kemudian menjadi nilai tambah bagi kawasan hunian seperti itu.

Namun, Tirta mengakui, tidak semua umat muslim menyukai tinggal di kawasan hunian seperti itu. Karena pada prinsipnya banyak variabel yang menyebabkan masyarakat untuk memutuskan tinggal di sebuah kawasan hunian. Mulai pengembang, fasilitas, keamanan, hingga kenyamanan.

Belum berminatnya pengembang besar membangun kawasan hunian dengan konsep islami disebabkan belum besarnya permintaan pasar. Pengembang besar tentunya tidak ingin kawasan hunian yang dibangun kurang mendapatkan respons masyarakat. "Saat ini pasar masih sangat menentukan," ucapnya.

Sementara,pengamat properti dari Prolease Property Consultant Suwito Santoso mengatakan, alasan pengemang membangun kawasan hunian dengan konsep seperti itu adalah untuk memberikan diferensiasi. Pengembang menyadari tidak semua masyarakat menyukai kawasan hunian yang biasa dibangun pengembang.

Karena mengambil tema seperti itu, maka segmentasi pasarnya pun terbatas. Dengan demikian, pengembang benar-benar harus memiliki konsep yang baik agar bisa menjaring pembeli yang jumlahnya sangat terbatas itu. Bila tidak, bukan tidak mungkin kawasan hunian tersebut akan jalan di tempat.

Biasanya, pengembang yang membangun kawasan hunian dengan konsep ini bukanlah pengembang yang memiliki nama besar. Sebab, pengembang besar lebih menyukai membangun sarana peribadatan daripada membangun kawasan hunian dengan konsep islami. Salah satu penyebabnya adalah permintaan pasar yang belum tinggi. "Pengembang besar menghindari diri untuk membangun kawasan hunian seperti itu," katanya.

Karena memiliki segmentasi tertentu, Suwito memperkirakan kawasan hunian dengan mengambil tema ini akan sulit dipergunakan untuk berinvestasi. Pasalnya, hanya masyarakat tertentu saja yang bisa membeli kawasan hunian di tempat seperti itu. Dengan begitu mengurangi kemungkinan jumlah pembeli di kawasan hunian dengan konsep islami tersebut.
(sindo//tty)

0 komentar: