Mendesain Rumah Tahan Banjir

TAK ada yang ingin rumahnya terkena banjir. Meski kini masih musim kemarau, sebaiknya kita siap-siap menghadapi musim hujan. Bagaimana triknya?

Faktor cuaca seperti hujan bukan hal istimewa di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara beriklim tropis yang memiliki tingkat curah hujan yang tinggi. Apa lagi di kawasan kota besar seperti Jakarta yang dibelah tiga belas sungai, sangat berpotensi mengalami bencana banjir.

Lantas, bagaimana jika Anda tinggal di kota besar seperti Jakarta yang dikhawatirkan setiap tahun akan banjir?� "Aspek perencanaan awal sebuah bangunan memang memegang peranan penting. Perencanaan mutlak dilakukan ketika ingin membangun sebuah rumah," ujar arsitek lanskap Baginda Simatupang.

Baginda menyarankan, usahakan jangan membangun rumah di area rawan banjir. Sebab itu, Anda harus mengenali sistem ekologi di sekitar kawasan hunian Anda. "Rancang fondasi bangunan yang letaknya lebih tinggi, setidaknya 40 sampai 50 cm di atas jalanan depan rumah Anda," saran arsitek I Gde Hendra Prasetya.

Membedakan ketinggian rumah memang mudah jika rumah Anda masih dalam tahap awal pembangunan. Namun, apa jadinya jika rumah sudah didesain tanpa persiapan menghadapi banjir.

Menaikkan ketinggian lantai jadi solusi terakhir, tapi perhitungkan jarak plafon. Usahakan jangan terlalu dekat dengan kepala laki-laki dewasa. Menaikkan lantai interior memiliki konsekuensi ketinggian entrance yang berbeda sehingga mau tidak mau Anda harus membuat tangga kecil. "Atau bisa juga meninggikan rumah dimulai dari area depan pagar," ujar Hendra. Namun, alternatif ini lebih banyak memakan biaya karena penambahan ketinggian dilakukan secara menyeluruh. Dengan kata lain, lanskap taman juga akan berubah total.

Cara lain yang lebih mudah dan hemat, yaitu membuat blokade di teras. Hal ini sebaiknya jadi pilihan terakhir atau untuk penanggulangan darurat (sementara) saja. Berhubung trik seperti ini kurang memiliki nilai estetika, keindahan fasad akan berkurang dan tampak aneh.

Trik berikutnya yang lebih estetis yakni dengan membuat kolam hias di taman depan. Namun, trik yang satu ini hanya bisa menanggulangi banjir ringan. Usahakan membuat kolam yang lebih dalam dan luas sehingga dapat lebih banyak menampung air luapan. Risikonya, Anda harus repot memindahkan ikan hias Anda saat banjir datang.

Hendra menyarankan untuk merenovasi total, menaikkan lantai dengan penambahan ketinggian plafon. Selain rumah tidak terlihat pendek, suhu ruangan juga tetap sejuk.

Namun, apa boleh buat jika banjir sudah menjadi tamu tak diundang di hunian Anda. Sebab, rumah dibangun setinggi apa pun, tetap saja banjir akan mengganggu kenyamanan Anda. Mau tak mau, Anda harus mengakalinya dengan penataan interior dan pemilihan furnitur yang dapat "bekerja sama" dengan Anda agar tetap siap menghadapi musim hujan dan banjir.

Terdapat beberapa langkah sederhana yang bisa Anda lakukan. "Solusi sederhana adalah dengan membuat sumur resapan di area rumah atau sekitar permukiman Anda," sebut Baginda, yang tercatat sebagai pengurus Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) DKI Jakarta.

Hal senada diungkapkan Hendra yang juga merupakan general contractor asal Bali. Namun, lagi-lagi Anda harus memperhatikan lingkungan sekitar, apakah bisa dibuat sumur resapan. "Tapi, kalau posisi kawasan rumah Anda ada di bawah jalan, percuma juga," sebutnya.

Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah dengan menanam tanaman-tanaman selain rumput. Maka dalam merancang sebuah rumah, Anda harus menyisakan lahan hijau untuk resapan air. Salah satu tanaman yang sangat berperan kala musim hujan adalah tanaman bambu. Pohon bambu mampu menyerap air dalam jumlah banyak sehingga dapat berfungsi sebagai buffer (penahan). "Bayangkan saja, batang bambu yang berdiameter sekitar tiga milimeter bisa tumbuh satu meter dalam waktu 24 jam, tapi bambu yang sudah dewasa," kata Baginda.

Jika rumah Anda terlanjur kebanjiran dan terdapat bagian-bagian rumah yang rusak, Anda jangan ragu untuk berkonsultasi dengan kontraktor. Lagi pula, Anda tetap harus berkonsultasi dengan kontraktor berkaitan dengan renovasi yang bakal dilakukan.

"Dibanding bekerja sendiri yang memakan waktu dan biaya lebih banyak, kontraktor tentu lebih mengetahui dari segi teknis dan detailnya," ungkap Hendra, yang memangku jabatan Direktur Asta Bumi Karya, Bali.
(sindo//tty)

0 komentar: