Superblok Sajikan One Stop Living

SEJAK satu dekade terakhir, sejumlah pengembang cukup gencar membangun superblok di Jakarta ataupun Surabaya. Bagi pengembang, membangun superblok merupakan sebuah bisnis yang sangat menguntungkan.

Superblok dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang menggabungkan apartemen, perkantoran, hotel pusat perbelanjaan, sekolah, pusat kesehatan, tempat olahraga, dan juga rekreasi. Konsep yang ditawarkan pengembang dalam mengembangkan superblok adalah one stop living. Dengan konsep seperti itu, tidak heran kalau ada pandangan yang menyatakan superblok akan menjadi kawasan masa depan perkotaan.

Penghuni yang tinggal di kawasan superblok menghendaki kemudahan fasilitas, aktivitas yang menyatu, lepas dari kepadatan dan kemacetan kota. Semua aktivitas bisa dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Beberapa karakteristik kawasan superblok adalah memiliki keterpaduan fungsi dan fisik secara nyata dari berbagai bagian proyek. Selain itu memiliki setidaknya tiga atau lebih fungsi penghasilan utama.

Karena itu, pengembangan superblok sangat terkait dengan penataan ruang kota, khususnya kota metropolitan. Menurut pengurus DPP Real Estat Indonesia (REI) Artadinata Jangkar, untuk membangun kawasan superblok, pengembang harus memiliki lahan minimal dua hektare. Sebuah kawasan superblok minimal memiliki empat fungsi, yakni tempat tinggal, hotel, pusat perbelanjaan dan perkantoran. "Pengembang membangun kawasan superblok karena dianggap menarik. Bukankah ada pemeo yang menyatakan makin besar makin menarik," tuturnya.

Dia menjelaskan, untuk menarik minat masyarakat untuk tinggal di kawasan superblok, pengembang berupaya untuk memperbanyak fungsi kawasan superblok yang dibangun. Semakin lengkap fungsi yang dimiliki, tentunya akan berbanding lurus dengan dampak positif yang diterima pengembang dalam membangun kawasan superblok. Mengembangkan kawasan superblok bisa juga diartikan upaya pengembang membantu menyelesaikan persoalan kemacetan di Jakarta. Sebab, penghuni apartemen tidak perlu mempergunakan kendaraan untuk berangkat ke tempat kerja ataupun memenuhi kebutuhan sehari-hari lainnya.

Dengan membangun superblok, pengembang tidak perlu khawatir kawasan hunian yang dikembangkan akan terkena siklus tren properti. Banyaknya pilihan yang diberikan kepada masyarakat akan membuat pengembang tidak lagi hanya tergantung pada satu jenis properti. Tidak semua superblok di Jakarta dibangun di central business district (CBD). Kendati begitu, bukan berarti harga yang ditawarkan pengembang atas properti di tempat tersebut menjadi lebih murah. Sebab, tentunya pengembang memiliki alasan tertentu mengapa membangun superblok di luar CBD.

Misalkan saja, rencana pemerintah daerah untuk mengembangkan kawasan tersebut. Kendati jumlah superblok yang dibangun terus meningkat, Artadinata memiliki keyakinan hal itu tidak menimbulkan oversuplai. Sebab, sebelum membangun superblok, pengembang telah melakukan perhitungan yang matang, di antaranya dengan membangun konsep yang berbeda.

Karena itu pasar yang dituju tidak akan sama. Hanya, dia menyebutkan, untuk merealisasikan pembangunan kawasan superblok bukanlah hal mudah. Sebab, pengembang harus memperhatikan banyak hal dalam menata superblok yang dibangun. Mulai estetika hingga kepentingan bisnis dari kawasan superblok yang dibangun. Misalkan saja dengan mengusahakan agar lokasi mal tidak terlalu dekat dengan apartemen.

Pengamat properti dari Jones Lang Lasalle, Vivin Harsanto, menjelaskan, untuk kalangan menengah atas, masyarakat masih menjadikan superblok sebagai tempat tinggal. Harga kondominium di kawasan superblok yang banyak dicari masyarakat berkisar antara Rp500 juta sampai Rp800 juta. Namun, bukan berarti kondominium di kawasan superblok yang memiliki harga di atas itu kurang mendapat respons masyarakat. Karena bagi sebagian kalangan, ada yang tidak lagi memperhatikan persoalan harga dalam membeli tempat hunian. Asalkan kondominium yang dibangun pengembang mengedepankan aspek kualitas. "Kalau sudah seperti itu, tentunya akan banyak masyarakat yang mencari," katanya.

Ada beberapa alasan masyarakat memilih kondominium yang terletak di superblok untuk dijadikan tempat tinggal. Di antaranya karena akses dan fasilitas yang disediakan. Kelengkapan infrastruktur yang memadai dan tata lingkungan yang baik, juga menjadi hal yang cukup memengaruhi keinginan masyarakat tinggal di kawasan hunian.

Kondominium di kawasan superblok juga dipengaruhi maraknya aksi untuk kembali tinggal di kota. Sebagian masyarakat mengaku untuk tinggal di pinggir Jakarta memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar daripada tinggal di Jakarta.

Selain diharuskan bangun lebih pagi, tinggal di pinggir Jakarta juga harus akrab dengan kemacetan. Sementara, arsitek dan urban designer M Ridwan Kamil, menerangkan, kawasan pembangunan terpadu atau superblok terus menjadi penggerak kecenderungan urban skala besar di beberapa kota besar di Asia. Sarana lingkungan dan infrastruktur yang terintegrasi dalam areal luas menjadi salah satu daya tarik bagi warga kota untuk bekerja dan melakukan kegiatan komersial di kawasan superblok tersebut.

Jakarta merupakan satu dari belasan kota di dunia yang memiliki tingkat urban cukup besar. Sayangnya, pembangunan superblok di Jakarta kurang dilakukan dengan baik. Kesiapan infrastruktur transportasi publik dan utilitas dalam mendukung keberhasilan konsep superblok sering dinomorduakan.

Tidak heran kalau kualitas hidup di Jakarta terus menurun. Padahal kalau diperhatikan setiap tahunnya, kawasan hunian baru atau superblok banyak yang dikembangkan pengembang di Jakarta. Kemungkinan, kondisi itu tidak terlepas dari kurang terintegrasinya kawasan superblok yang dibangun pengembang dengan daerah sekitarnya.
(sindo//tty)

0 komentar: